Wabah akidah yang hari ini banyak menjangkiti manusia adalah penyetaraan semuah agama dan keyakinan. Semuah Agama dianggap benar. Akhirnya, toleransi yang kebablasan, menerjang dinding-dinding ideology yang telah digariskan. Atas nama toleransi, pemahaman ini mengharamkan kita membenci keyakinan orang lain. Tak boleh ada keresahan –apalagi kebencian- terhadap hal-hal yang bertentangan dengan Syiar dan Syariat Islam.
Pelan namun pasti, pada diri seorang muslim yang terjebak pada pemahaman seperti ini akan tumbuh rasa cinta kepada symbol atau individu yang ingkar kepada Tauhid. Pada saat bersamaan, otomatis akan muncul pula perasaan jengah, gusar dan –akhirnya- benci kepada mereka yang berusaha komitmen kepada Tauhid, dengan berbagai dalih seperti eksklusivme, intoleransi dan radikalisme. Bandulpun berbalik. Yang seharusnya dicinta, dibenci; yang seharusnya dibenci, kini dicintai. Bila tak segera diatasi, virus ini dapat melenyapkan ke-Islaman pada diri seseorang. Hingga hanya tersisa nama dan identitas semata, tanpa Ruh.
Persoalan Al-wala’ Wal-bara’ (loyalitas, kecintaan vs kebencian, berlepas diri) adalah konsekuensi ketika seorang mengikrarkan syahadat disaat ia mengakui Allah sebagai satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi, ia harus mengakui bahwa sesembahan selain-Nya adalah batil dan sesat. Meski ada perintah untuk bersikap baik dan adil kepada fisik orang kafir bukan berarti menoleransi kesesatan keyakinannya.
Buku ini mengupas pemahaman yang sudah banyak terkikis dari umat Islam tersebut. Menjelaskan dengan komplit devinisi Al-wala’ wal-bara’ konsekuensi dan implementasinya, baik dimasa salafusshaleh maupun kehidupan kita hari ini. Penulis juga memberikan garis haluan, bagaimana seorang muslim berinteraksi dengan kafir. Kedalam isi, kelengkapan dalil dan keutuhan pembahasan membawa Penulis buku ini meraih gelar cumlaude pada program Magister di universitas Ummul Qura, Mekkah.
Penulis: Muhammad Said Al-Qahthani
klik disini untuk Pemesanan Via Whatsapp